Dalam pelaksanaan survei hidrografi dan oseanografi yang telah dilakukan, dapat diperoleh produk atau output. Sebuah produk yang di hasilkan dari kegiatan survei ini adalah Peta Laut yang merupakan sarana utama yang resmi digunakan untuk menjamin keselamatan bernavigasi di laut. Peta laut atau sering disebut dengan peta navigasi adalah visualisasi grafis ruang laut dan pantai yang menyajikan berbagai data yaitu kedalaman laut (batimetri), ketinggian daratan, morfologi (bentuk lahan) di laut, garis pantai, bahaya navigasi, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), instalasi buatan di permukaan maupun di dasar laut (seperti anjungan pengeboran minyak dan gas, pipa serta kabel bawah laut), oseanografi fisik, kepelabuhanan, garis-garis batas (batas maritim/ALKI/daerah terlarang dan daerah terbatas, termasuk batas kawasan konservasi maupun taman nasional laut).
Terdapat pula fungsi dari peta laut sebagai produk survei hidrografi dan oseanografi.
Peta Laut Balikpapan
Bahwasannya Peta Laut itu hidup, seperti halnya makhluk hidup perlu makanan, maka peta laut itu juga diberi makan setiap minggu. Makanan dari peta laut adalah informasi-informasi terbaru tentang adanya perubahan yang ada di laut dan dimuat pada Berita Pelaut Indonesia (BPI) yang terbit setiap minggu. Hal ini dilakukan guna memperbaharui Peta Laut yang merupakan kewajiban bagi semua pengguna laut untuk melakukan pemutakhiran data peta laut yang digunakannya melalui informasi dari BPI. Laut Indonesia dimutakhirkan datanya melalui survei dan pemetaan hidrografi dan oseanografi secara periodik. Untuk wilayah perairan yang memiliki perubahan cukup cepat dan signifikan, maka pemutakhiran data juga dilakukan sesering mungkin.
Dalam kasus terjadinya pencemaran laut sebagai akibat tumpahan minyak di perairan Teluk Balikpapan, tidak serta merta sebagai akibat dari Peta Laut yang tidak diperbarharui. Pada Peta Laut Indonesia no. 157 edisi kedelaman Oktober 2013 yang diperbaharui melalui BPI No. 20 tahun 2015, telah tergambar pada peta tersebut lokasi pipa bawah laut dari Balikpapan ke Penajam. Jika terjadi kebocoran pipa diakibatkan karena adanya kapal yang berlabuh jangkar di lokasi pipa, maka bisa diartikan bahwa kapal tersebut tidak menggunakan peta laut terbaru yang sudah memuat informasi lokasi pipa dan ada batas yang dilarang untuk berlabuh jangkar. Namun demikian jika hasil investigasi menyatakan bahwa kebocoran pipa bawah laut di luar lokasi pipa yang telah tergambar di peta laut no. 157, maka ada dua kemungkinan, yaitu pemilik pipa tidak melaporkannya kepada Kapushidrosal saat penggelaran pipa untuk digambarkan di Peta Laut Indonesia atau adanya perubahan posisi pipa yang sudah ada. Dalam membantu memberikan informasi terhadap kebocoran pipa bawah laut di Teluk Balikpapan.
Agar kejadian sebelumnya tidak terulang kembali, Kapushidrosal menekankan pentingnya tiga hal, yaitu; 1) Adanya kepedulian operator di lapangan untuk melaporkan ke Pushidrosal tentan perubahan-perubahan terbaru di suatu perairan. 2) Stakeholder terkait agar melakukan fungsi pengawasan. 3). Perlunya pemilik kapal atau nakhoda untuk memakai peta laut terbaru yang mutakhir sebagai alat bernavigasi.
Pendataan cerlang lampu suar
Kegiatan survei hidrografi dan oseanografi di perairan teluk Balikpapan di lakukan selama 50 hari dan berakhir pada tanggal 26 Agustus 2020. Pada kegiatan akhir survei, kelompok terakhir melakukan pengecekan dan perhitungan cerlang lampu suar dan buih menggunakan stopwatch, kegiatan ini dilakukan pada malam hari agar semua lampu dapat terlihat, cerlang lampu suar dan buih berfungsi sebagai sarana pembantu para navigator atau biasa di sebut (SNBP: Sarana Bantu Navigasi Pelayaran) dalam memilih alur pelayaran yang aman, adanya bahaya navigasi seperti karang, kapal lain dan sejenisnya serta memandu kapal pada waktu memasuki dan keluar dari suatu wilayah parairan pelabuhan. Setelah melakukan pengambilan data secara langsung mengunakan berbagai macam alat selanjutnya di lakukan pengolahan data, dan dilanjutkan dengan proses pembentukan peta laut.
Foto bersama dengan tim pushidrosal
Di akhir kegiatan survei hidrografi dan oseanografi Letkol laut Buyung Kurniawan selaku pimpinan survey menyatakan bahwa, telah berhasil melaksanakan operasi survei dan pemetaan di perairan Balikpapan dalam rangka pemutakhiran data di alur perairan Balikpapan. Beliau juga berpesan kepada seluruh mahasiswa Teknik Kelautan, agar terus belajar untuk selalu menjaga laut kita dan jangan lupa tetap semangat agar seluruh mahasiswa dapat menjadi penerus kemajuan bangsa Indonesia . Salam Merdeka!