Mengenal Lebih Jauh Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Hidro-Oseanografi (Survey Hidrografi dan Oseanografi – Bagian 4 )

Sosialisasi dan - 01 September 2020 - 12:00 AM

Pushidrosal atau Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) adalah Kotama Pembinaan TNI Angkatan Laut yang berkedudukan langsung dibawah Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal). Sebelumnya satuan ini bernama Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Dishidrosal). Pushidrosal mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan fungsi dan pelaksaan kegiatan Hidro-Oseanografi (Hidros) yang meliputi survei, penelitian, pemetaan laut, publikasi, penerapan lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran baik untuk kepentingan TNI maupun umum, dan menyiapkan data serta informasi wilayah pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. Membuat Peta Laut merupakan salah satu tugas dari Pusahidrosal, karena jika tidak ada peta laut indonesia maka bisa saja terjadi kecelakaan di laut, seperti pada saat kapal yang akan menurunkan jangkar di laut tetapi tidak mengetahui bahwa di bawah kapal tersebut terdapat terumbu karang yang apabila di turunkannya jangkar di bawah kapal tersebut akan dapat merusak terumbu karang tersebut bahkan ekosistem di daerah itu bisa saja hancur karena ketidak tahuan dari para pelayar. Serta jika terdapat gundukan di laut yang tidak diketahui oleh para pelayar dan mereka melewati daerah tersebut maka kapal itu bisa saja kandas.

Pada kesempatan kali ini tim dari Pushidrosal dari Jakarta melakukan survey dikota Balikpapan dan Teknik Kelautan Institut Teknologi Kalimantan mendapat kesempatan untuk dapat mengikuti survey tersebut. Pada hari Senin tanggal 10 Agustus 2020 adalah hari pertama kami mengikuti survey, kami merasa sangat terhormat karena bisa bergabung dengan tim dari Pushidrosal untuk melakukan survey. Hari pertama kami dibagi menjadi dua tim, tim pertama mengikuti kapal yang dilengkapi dengan alat pendeteksian kemagnetan yaitu Magnetometer, dikapal ini terdapat beberapa alat yang digunakan yaitu Multibeam Echosounder dengan 512 beam, Magnetometer, CTD (Conductivity Temperature Depth), dan GPS. Lalu tim kedua mengikuti kapal yang dilengkapi dengan SBP (Sub-bottom Profiler), Singlebeam Echosounder, dan Bathimetri Sounding.

1. Multibeam Echosounder

Multibeam Echosounder ( MBES ) adalah alat pemancar sonar yang digunakan        untuk proses pemeruman dalam kegiatan pengukuran hidrografi. Pemeruman adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh gambaran topografi dasar perairan (Seabed Surface).

 

 

 

 

 

2. Magnetometer

Magnetometer adalah sebuah instrumen pengukuran yang digunakan untuk dua tujuan umum untuk mengukur megnetisasi bahan magnetik seperti feromagnet, atau untuk mengukur kekuatan dan dalam beberapa kasus, arah medan magnet pada suatu titik dalam ruang angkasa.

 

 

 

 

3. CTD (Conductivity Temperature Depth)

CTD adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas.

 

 

 

 

 

4. GPS

GPS adalah sistem untuk menetukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi.

 

 

 

 

 

5. SBP (Sub Bottom Profile)

SBP (Sub Bottom Profile) adalah sistem akustik tradisional yang digunakan untuk menggambarkan lapisan sedimen dan bantuan di bawah dasar laut, serta memberikan informasi tentang ketebalan sedimen dan stratigrafinya.

 

 

 

 

 

6. Echosounder Singlebeam.

Echosounder Singlebeam merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal gelombang suara.  Komponen dari singlebeam terdiri dari transciever (tranduceretau receiver) terpasang pada lambung kapal.

 

 

 

 

7. Bathimetri Sounding

Bathimetri Sounding adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface). Proses penggambaran dasar perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasi) disebut dengan survei Bathimetri.

Hari kedua dan hari ketiga sama seperti hari pertama yaitu dibagi menjadi 2 tim. Pada hari kedua di kapal tim 1 kami melakukan survey pengecekkan kabel yang mengandung logam yang berada di dasar laut menggunakan Magnetometer, dihari ketiga kami juga melakukan survey pengecekkan kabel yang mengandung logam yang berada di dasar laut menggunakan Magnetometer dan pengecekan SBNP (Sarana Bantu Navigasi Pelayaran), tetapi lain halnya dengan kapal tim 2 hari pertama dilakukan pengambilan data dengan metode SBP (Sub-bottom Profiler). Pada hari kedua pun masih sama kami melakukan pengambilan data dengan metode SBP (Sub-bottom Profiler), tetapi tidak dengan hari ketiga karena kami melakukan pengambilan data dengan menggunakan Bathimetri Sounding.

Pada saat kami mengikuti survey Hidro-Oseanografi, kami tidak mengikuti nya dari awal dilakukan nya survey melainkan kami mengikuti kegiatan survey ini sudah berjalan sejauh 90%. Kami melakukan survey ini di beberapa tempat dengan batas dari Barat yaitu di daerah Penajam, batas Timur di daerah Teluk Balikpapan dan Teluk Waru, dan batas Utara di daerah dari jembatan Pulau Balang sampai kearah Sabut.  Adapun yang terlibat dalam survey ini meliputi tim dari Pushidrosal TNI Angkatan Laut, ditambah dengan mahasiswa dari Teknik Kelautan Institut Teknologi Kalimantan.

Setelah survey selesai dilaksanakan, data yang didapat akan diolah agar bisa menjadi informasi yang akurat dan bisa digunakan. Pengolahan data juga dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Dengan mempertimbangkan pasang surut di 5 titik pemantauan, yaitu Jembatan Pulau Balang, Pabrik Semen Kariangau, Semayang, PT Pertamina RU V, dan Sabut. Dalam pengolahan data harus dikerjakan secara cepat, untuk menganulir kekurangan data jika dibutuhkan apabila terdapat error input mapun ada lokasi yang datanya tidak terekam dengan sempurna, sehingga dalam kasus ini perlu untuk dilakukan survey ulan