Oleh : Ezra Sulu Mathius, Muhammad Wahyu Ridwan, Andi Eko Kurniawan, Mardiyatul Qusnah, dan Rina Marsela
Editor : Fhanesya Trianggraeni Lestari
Senin (27 Juli 2020), merupakan hari pertama bagi Kelompok kedua melaksanakan survei metocean bersama tim Surveyor Pushidros-AL. Kelompok kedua yang terdiri dari lima orang mahasiswa pada hari pertama dibagi menjadi dua kelompok kecil. Kelompok pertama yang berangkat bersama tiga orang Surveyor Pushidros-AL terdiri dari empat mahasiswa serta seorang dosen pembimbing. Kelompok kecil pertama ini mulai berangkat menyusuri teluk Balikpapan dan melakukan pengambilan data dengan menggunakan Multibeam Echosounder. Pada kapal ini kelompok pertama melakukan kegiatan pengukuran kedalaman air laut menggunakan alat Multibeam Echosounder yaitu semacam alat pancar sonar untuk memperoleh gambaran dasar perairan. Selain itu, juga digunakan alat Conductivity Temperature Depth (CTD) yaitu semacam tabung panjang yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur kedalaman laut, salinitas air (kadar garam pada air), serta cepat lambat aliran air .
Sementara itu, kelompok kedua yang berangkat bersama lima orang Surveyor Pushidros-AL, terdiri dari satu orang mahasiswa melaksanakan kegiatan Float Tracking dengan menaiki perahu speed. Float Tracking bertujuan untuk mengamati arah pola arus. Dibantu dengan GPS dan stopwach pengamatan dilakukan selama 15 menit sekali untuk menentukan titik koordinatnya. Pada float tracking juga dilakukan pengambilan sedimen berupa sampel air laut pada kedalaman tertentu yang selanjutnya diteliti di laboratorium. Adapun alat yang digunakan untuk mengambil sampel air laut adalah botol nansen. Selanjutnya juga dilakukan survei lapisan bawah laut untuk mengetahui lapisan tanah dasar hingga ketinggian tertentu, dengan survei ini dapat diketahui jenis-jenis lapisan tanah di dasar laut, misalnya lumpur, pasir, batu, dan lain-lain. Profil survei lapisan bawah laut dilakukan dengan menggunakan alat ekman grab. Pengambilan sampel sedimen dengan alat ini dapat dilakukan oleh satu orang dengan cara menurunkannya secara perlahan dari atas perahu speed agar posisi grab tetap berdiri sewaktu sampai pada permukaan dasar perairan. Saat penurunan alat, arah dan kecepatan arus harus diperhitungkan supaya alat tetap konstan pada posisi titik sampling.
Keterangan : Pemrosesan data menggunakan CTD
Pada hari kelompok dua dibagi menjadi tiga kelompok kecil. Satu mahasiswa melaksanakan kegiatan pengambilan data dengan Singlebeam Echosounder, satu mahasiswa melaksanakan float tracking serta tiga mahasiswa lainnya melaksanakan pengambilan data dengan menggunakan multibeam echosounder. Penggunaan Singlebeam Echosounder pada survei ini adalah untuk pengambilan data yang dilakukan dengan proses batrimatri atau pemaruman. Cara kerja alat ini adalah dengan memancarkan sonar yang dipasang pada satu sisi pada kapal. Waktu tempuh dari gelombang yang dipancarkan dari permukaan, kemudian dipantulkan oleh dasar laut. Lalu, diterima kembali pada permukaan dan digunakan untuk mengalkulasi kedalaman dari laut yang diukur sehingga didapatkan hasil surutan dari air laut tersebut. Adapun alat lain yang digunakan adalah Hydrotrack II, starfish , sonar.
Keterangan : Suasana dalam kapal pengambilan data dengan Multibeam Echosounder
Di hari ketiga kelompok kembali dibagi menjadi tiga kelompok kecil. Dua mahasiswa di kapal Multibeam Echosounder, seorang mahasiswa untuk bertugas pada kapal Singlebeam Echosounder, dan dua mahasiswa lainnya melaksanakan kegiatan pengambilan data water level. Pengambilan data water level atau pengambilan data pasang surut bertujuan untuk mengetahui apa saja komponen – komponen pasang surut, menentukan tipe pasang surut dan pangambilan data menggunakan program TideMaster.
Keterangan : Pengambilan sampel air laut dengan botol Nansen
Untuk Langkah yang pertama ialah pemasangan alat - alat tersebut seperti tiang pasang surut, alat perekam pasang surut dan pemasangan software. Setelah itu, alat-alat yang telah dipasang ke tiang pasang surut akan direkam menggunakan water level recorder dan dioperasikan melalui software TideMaster Express. Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan Pressure Tide Gauge yang menggunakan prinsip tekanan air dalam merekam data pasang surut. Pengambilan data pasang surut dilakukan selama hari yang ditentukan dengan interval waktu perakaman data setiap 5 menit. Data yang diperoleh meliputi tekanan dan kedalaman perairan yang nantinya akan di konversi menjadi fluktuasi muka air laut. Saat hari terakhir kegiatan, pengambilan data dengan menggunakan Multibeam Echosounder tidak dilanjutkan karena kapal mengalami kebocoran. Sementara itu kegiatan pengambilan data dengan Singlebeam Echosounder berjalan seperti hari-hari sebelumnya.
Keterangan : Pengambilan data pasang surut air laut dengan menggunakan water level recorder kemudian diproses dengan menggunakan software TideMaster Express.